Powered by Blogger.

Peristiwa tidaklah penting, tapi respon peristiwa adalah segala-galanya


Kegagalan menjadi teman akrab dalam kehidupan kita. Siapa yang merasa tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidup barang sekalipun? Hampir dipastikan nol persen. Ada beragam sikap menghadapi kegagalan. Sering dalam menghibur kawan yang gagal, kita melontarkan ucapan umum, seperti “kegagalan adalah sukses yang tertunda” atau “kegagalan adalah awal kesuksesan” dan sebagainya. Tentu saja, mantra positif itu diucapkan dengan tulus dan menambah semangat. Namun, kalimat itu sering kita pakai lantaran kita tidak tahu apa yang harus kita katakan. Jadi, sekadar menghibur.

Sebenarnya, memiliki perbendaharaan dan frame positif tentang kegagalan merupakan salah satu benteng kokoh menghadapi serangan ‘virus kegagalan’ dalam hidup kita. Sejarah mempunyai seribu satu bukti. Banyak tokoh dunia sukses bukan karena mereka tidak pernah gagal. Tetapi, bagaimana mereka merespon, berpikir, bertindak, dan menyikapi kegagalan itulah yang justru mengantarkan mereka pada puncak kesuksesan. Jatuh bangun adalah proses biasa dalam meraih kesuksesan. Seperti puncak gunung tak akan dicapai tanpa melalui jalan naik-turun nan terjal. Bahkan, belukar dan kebuntuan jalan.

Setiap dari kita, termasuk Anda, perlu memiliki sebuah perbendaharaan atau pun referensi yang bisa kita jadikan pegangan saat mengalami kegagalan. Winston Churchill misalnya. Ia mengaku doyan membaca biografi tokoh terkenal saat semangatnya sedang turun. Buku itu membuat semangatnya bangkit. Ia merasa diteguhkan saat dirinya lemah dan tak berdaya. Tak heran, salah satu nukilan pidatonya yang populer “Never Give Up” bisa jadi berasal dari penggalian inspirasi buku-buku itu. Memang, semangat itu menular seperti layaknya kemalasan juga sering menular. Janganlah jemu menimba energi-energi positif dari banyak hal, termasuk dari bacaan.

Kali ini, ada referensi menarik dari Joey Green dalam tulisannya berjudul “The Road to Success is Paved with Failure.” Tulisan Joey Green ini menjadi inspirasi penting untuk menghadapi kegagalan. Green berhasil menuliskan berbagai kisah maupun daftar orang yang sukses secara luar biasa setelah mengalami berbagai kekalahan pahit.

Di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh kisah Walt Disney yang sempat saya singgung pekan lalu. Perusahaan animasi pertama Disney pernah pailit. Tapi, Disney mampu bangkit dan betapa besar bisnis hiburan yang ditawarkan dunia Disney sekarang ini. Ada juga Tom Monaghan. Dalam 20 tahun usahanya, ia bangkrut dua kali. Ia kehilangan hak kontrol atas bisnisnya. Ia juga dituntut atas pelanggaran hak cipta. Namun, belakangan bisnisnya malah meroket dengan Domino’s Pizza-nya.

Ada lagi Fred Smith, orang yang hanya mendapat C dalam salah satu proyeknya di Yale saat menuliskan idenya tentang jasa pengiriman semalam. Tapi, nilai itu tidak sebanding dengan Federal Express, industri raksasa pengiriman barang yang mendunia. Padahal ide itu pernah diacuhkan oleh gurunya. Demikian juga perusahaan minuman Coca-Cola. Pada tahun pertama, Coca-Cola hanya mampu menjual 400 botol. Tapi, sekarang Coca-Cola ada di mana-mana. Bahkan, tidak ada satu daerah pun yang boleh dibilang tidak pernah kemasukan penetrasi Coca-Cola ini. Bahkan, gelombang Coca-Cola menjadi simbol nyata globalisasi yang sedang berlangsung.

Sementara itu, Chester Carlson mencoba temuannya ke sekitar 20 perusahaan pada tahun 1940-an. Setelah bertahun-tahun mengalami penolakan, ia berhasil meyakinkan Haloid, perusahaan kecil di Rochester. Haloid kemudian menjadi salah satu perusahaan raksasa untuk mesin fotokopi elektrostatik bernama XEROX Corporation. Ada lagi Henry Ford. Dalam tiga tahun pertama membangun bisnisnya di bidang otomotif, Ford bangkrut dua kali. Namun, kegigihannya membuatnya dikenal dengan simbol mobil-mobil mewah bergengsi.

Selain di bidang bisnis, Joey Green memberi contoh di bidang kesusastraan, perfilman, olah raga, dan nyanyian. Sebut saja Elvis Presley. Gurunya pernah memberinya nilai C dengan nada menghina saat ia duduk di L.C. Humes High School di Memphis. Guru itu mencap dirinya sama sekali tidak bisa bernyanyi. Tapi, kini Elvis Presley menjadi penyanyi legendaris. Ada Michael Jordan yang pernah ditolak saat mau bergabung dengan klub basket sekolahnya. Tapi, Jordan pun jadi ikon bola basket legendaris.

Beatles juga pernah ditolak pada tahun 1962 oleh dapur rekaman Decca, Pey, Philips, Columbia, dan HMV Labels. Juga Sigmun Freud yang buku karyanya hanya laku 600 buah dengan mengantongi royalti sebesar 250 dolar. Tapi, Freud dikenang sebagai Bapak Psikologi ternama. Aktor Sylvester Stallone semasa kecil pernah dikeluarkan dari 13 sekolah dalam rentang 11 tahun. Profesornya di Universitas Miami mengolok-olok dirinya tidak berbakat akting. Ia juga manjadi bahan tertawaan saat memainkan peran di film Dog Day Afternoon, Serpico, dan The GodFather. Naskah filmnya Rocky ditolak oleh nyaris semua perusahaan. Tapi, sebuah perusahaan menerimanya dengan syarat Stallone tidak boleh main di dalamnya.

Ada lagi Rudyard Kipling. Ia pernah menulis cerita dan mengirimkannya ke sebuah surat kabar di California pada tahun 1888. Tapi, sang editor menolak. “Maaf Mr. Kipling. Anda tampaknya tidak tahu bagaimana menggunakan Bahasa Inggris dengan baik,” kata editor itu. Belakangan, ia merupakan salah satu peraih nobel di bidang sastra pada tahun 1907.

Nah, masih banyak contoh lainnya. Anda pun bisa melihat sendiri orang-orang serupa di sekitar Anda. Ada satu benang merah yang menarik. Saat Anda mengalami kegagalan, jangan kalang kabut. Jangan biarkan energi Anda habis terkuras hanya karena terbekap kegagalan. Sungguh sangat arogan jika kita selalu berharap semua berjalan mulus tanpa kendala. Nah, ambilah medali kemenangan dari setiap kegagalan yang kita alami. Kita tidak mungkin sukses tanpa memiliki keberanian untuk gagal.

Lihatlah mereka yang sukses itu. Mereka melewati berbagai tantangan dan kesulitan dengan jiwa besar. Kegagalan paling buruk adalah mereka yang mencoba, lalu kalah dan menyerah. Dag Hammarskjold pernah bilang, jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena, Anda kemudian akan melihat betapa rendahnya gunung itu. Tak ada kata menyerah!
0 Komentar untuk "Peristiwa tidaklah penting, tapi respon peristiwa adalah segala-galanya"

Popular Posts

Back To Top